Material Tekstil, Bahan Pewarna, dan Aksesori|
August 19, 2015
6 Comments
Material Tekstil, Bahan
Pewarna, dan Aksesori|
Produk
kerajinan tekstil secara umum terdiri atas material tekstil, warna, dan
aksesori yang digunakan pada kerajinan tekstil. Jenis tekstil dilihat dari asal
usul bahan baku terdiri atas tekstil yang terbuat dari serat alam dan tekstil
yang terbuat dari serat buatan (sintetis), serta semi sintetis (bahan alam yang
diproses secara sintetis). Pewarna yang digunakan untuk pewarna tekstil juga
ada yang berasal dari bahan alam dan sintetis.
Pada kerajinan
tekstil, kadang kala digunakan aksesori seperti kancing, manik-manik,
ritsleting, dan lain-lain. Aksesori tersebut ada yang berbahan sintetis seperti
plastik ada pula berbahan alami seperti kancing batok kelapa atau manik-manik
dari batu.
Kerajinan tekstil
Material pembentuk kerajinan tekstil
1. Serat
Serat alam yang
digunakan untuk tekstil terdiri atas serat yang berasal dari tumbuhan di
antaranya kapas, batang rami, nanas, batang pisang. Serat alami yang berasal
dari hewan seperti wol dari bulu biri-biri dan sutra dari kepompong ulat sutra.
Serat alami
lainnya adalah serat dari logam seperti benang emas dan perak yang digunakan
pada tenun Songket dan Tapis. Serat organik pada umumnya lebih mudah menyerap
keringat, lebih terasa sejuk pada tubuh (tidak panas), namun mudah kusut
sehingga memerlukan penyetrikaan panas, dan rentan terhadap jamur. Tekstil
dengan bahan organik dapat rusak jika
direndam pada deterjen selama lebih dari 2 jam.
Serat bahan sintetis berasal dari polyester
(serupa dengan plastik), yaitu nilon, acrilyc, spandex, dan lain-lainnya. Serat
sintetis memiliki elastisitas yang baik sehingga tidak mudah kusut dan tidak
memerlukan penyetrikaan panas, namun daya serapnya rendah sehingga kurang
nyaman dan kurang terasa sejuk pada tubuh. Tekstil dari serat sintetis tahan
terhadap bakteri dan jamur serta tahan terhadap pelarut organik dan kimia/dry
cleaning.
Selain serat organik dan sintetis, terdapat juga serat semi
sintetis dan serat campuran.
Serat semi sintetis adalah serat rayon yang terbuat dari polimer dari bahan
organik karena tidak sepenuhnya organik dan namun tidak sepenuhnya sintetis.
Serat campuran, dibuat dari bahan campuran organik dan sintetis, untuk
mengurangi kelemahan dari sifat salah satu bahan. (Kemendikbud 2013 )
Serat bahan
sintetis berasal dari polyester (serupa dengan plastik), yaitu nilon, acrilyc,
spandex, dan lain-lainnya. Serat sintetis memiliki elastisitas yang baik
sehingga tidak mudah kusut dan tidak memerlukan penyetrikaan panas, namun daya
serapnya rendah sehingga kurang nyaman dan kurang terasa sejuk pada tubuh.
Tekstil dari serat sintetis tahan terhadap bakteri dan jamur serta tahan
terhadap pelarut organik dan kimia/dry cleaning.
Selain serat
organik dan sintetis, terdapat juga serat semi sintetis dan serat campuran.
Serat semi sintetis adalah serat rayon yang terbuat dari polimer dari bahan
organik karena tidak sepenuhnya organik dan namun tidak sepenuhnya sintetis.
Serat campuran, dibuat dari bahan campuran organik dan sintetis, untuk
mengurangi kelemahan dari sifat salah satu bahan.
2. Pewarna
(indofera), kulit
pohon soga tingi (Ceriops candolleana arn), kayu tegeran (Cudraina javanensis),
kunyit (Curcuma), teh (tea), akar mengkudu (Morinda citrifelia) yang
menghasilkan warna merah, berasal dari Timur Tengah dan dibawa ke kepulauan
Indonesia melalui pedagang India, kulit soga jambal (Pelthophorum ferruginum),
kesumba (Bixa orelana), daun jambu biji (Psidium guajava). Pewarna alami mudah
diserap oleh tekstil dari bahan alami, terutama sutra, namun tidak oleh tekstil
dengan bahan sintetis.
Zat pewarna sintetis adalah zat pewarna buatan yang dibuat
dari ter arang baru bara atau minyak bumi. Zat warna sintetis lebih mudah
diperoleh di pasaran, memiliki keragaman warna lebih banyak, dan menyediakan
warna terang. Zat warna sintetis dapat menghasilkan warna yang konsisten atau
sama, dan mudah diserap oleh tekstil dengan serat alami maupun tekstil dengan
serat sintetis. Kelemahan pewarna sintetis adalah belum tentu aman untuk
manusia
dan alam.
3. Aksesori
Aksesori
ditambahkan pada produk kerajinan tekstil untuk memberikan fungsi dan estetika.
Seperti halnya serat dan pewarna, aksesori kerajinan tekstil juga dapat dibagi
menjadi berbahan alami dan berbahan sintetis. Pada tekstil tradisional,
aksesori dapat berupa manik-manik yang terbuat dari batu, dari kerang, atau
gigi hewan. Pada kerajinan tekstil modern, penggunaan aksesori lebih beragam
seperti kancing, gesper, ritsleting, velco, dakron atau busa pelapis dan
lain-lain. Bahan aksesori modern dapat terbuat dari batu, batok kelapa, kerang,
logam, maupun plastik. Sumber: http://www.zenakruzick.com
C. Proses, Teknik, dan Alat Kerajinan Tekstil
Proses
pembuatan kerajinan tekstil terdiri atas beberapa tahapan. Pertama, proses
serat atau benang menjadi kain, lalu kain menjadi kerajinan tekstil, seperti busana,
tas, sarung bantal dan lain-lain, serta pewarnaan dan pemasangan aksesori untuk
suatu fungsi tertentu atau menambah nilai estetis atau keindahan pada produk
kerajinan tekstil yang dibuat.
Kerajiinan tekstil
Proses pada pembuatan kerajinan tekstil, terdiri
atas beberapa tahapan. Pertama, pembuatan serat/benang menjadi kain/tekstil yang
menggunakan teknik tenun. Kedua, pembuatan kain/tekstil menjadi satu bentuk
kerajinan tekstil. Terakhir, proses pemasangan asesoris atau nishing sehingga
menghasilkan kerajinan tekstil yang siap digunakan.
Proses pewarnaan dapat dilakukan pada
serat/benang, pada kain atau pada bagian akhir setelah kerajinan tekstil
terbentuk. Pewarnaan pada benang dilakukan dengan pencelupan serat/benang. Pada
tekstil tanpa motif/ polos, pewarnaan dilakukan dengan pencelupan dengan 1
warna, sedangkan untuk menghasilkan tekstil dengan motif tertentu, pewarnaan
menggunakan teknik ikat dengan beberapa kali pewarnaan.
Pewarnaan pada
kain/tekstil dapat menggunakan teknik rintang warna, seperti teknik batik atau
jumputan, teknik print seperti cap, sablon, atau digital printing serta teknik
lukis. Dekorasi dapat dilakukan pada kain atau pada produk yang sudah
terbentuk, dengan teknik sulam dan bordir, maupun penambahan aksesori untuk
menambah keindahan produk kerajinan tekstil.
1. Teknik Tenun
Teknik pembuatan
kain yang masih tergolong kerajinan karena mengandalkan keterampilan tangan
adalah teknik tenun. Teknik pembuatan kain dengan mesin otomatis tidak termasuk
dalam kerajinan. Kain tenun di Indonesia dikerjakan dengan dua jenis teknik,
yaitu tenun gendong (benang lungsi yang akan ditenun diikat mengelilingi hingga
punggung penenun) yang digunakan diseluruh Indonesia, dan teknik tenun yang
menggunakan bingkai kayu sebagai alat bantu tenun.
Pada teknik
tenun dua jenis, dengan benang lungsin putus yang akan menghasilkan kain
panjang atau selendang dan dengan benang lungsin tidak terputus untuk
menghasilkan sarung (berbentuk tabung). Sumber: Traditional Indonesia Textiles,
John Gillow
Proses teknik tenun
adalah sebagai berikut.
(a) Menyiapkan benang lungsin yang panjangnya sama dengan
panjang kain yang diinginkan (b) Memasang benang lungsin pada cucukan (c)
Menyiapkan benang pakan (d) Penenunan dilakukan dengan memasukan benang pakan
ke antara benang-benang lungsin.
2. Teknik Pewarnaan
Pada umumnya,
teknik pewarnaan kain-kain tradisional di Indonesia memanfaatkan proses celup
dengan rintang warna seperti teknik batik dan teknik pada Kain Sasirangan khas
Banjar, Kalimantan Selatan, dan teknik ikat pada pewarnaan serat/benang tenun. Teknik
pewarnaan pada kain tenun adalah teknik ikat celup. Teknik ikat celup sudah
dilakukan sejak lama di seluruh belahan dunia.
Asal usul teknik
ini diperkirakan berkembang di India dengan sebutan Bhandani sejak 906 s.d. 618
SM. Teknik ini berasal dari dataran Cina pada zaman Dinasti Tang dibuat pada kain
sutera yang merupakan alat barter pada masa kejayaan Jalur Sutra, yaitu jalur
yang menghubungkan wilayah Cina ke Timur Tengah hingga ke Italia. Teknik
pewarnaan ikat terdiri atas ikat (hanya pada benang lungsin atau pakan) dan
ikat ganda (pewarnaan pada benang pakan dan lungsin ).
Langkah pertama teknik ikat celup
menempatkan benang pakan/lungsin pada plangkan.
Langkah kedua adalah menggambarkan pola motif pada
benang yang sudah terpasang pada plangkan. Langkah
ketiga adalah mengikat bagian benang sesuai dengan motif yang diinginkan.
Ikatan yang kuat, tebal dan rapi akan dapat menghalangi warna dengan baik.
Benang yang sudah diikat dicelup dengan warna-warna sesuai dengan rancangan.
Pewarnaan
dilakukan mulai dari warna yang paling tua, ke warna yang paling muda. Setelah
pewarnaan pertama, warna kedua diperoleh dengan melepaskan
ikatan pada bagian yang ingin diwarnai, dan seterusnya hingga selesai. Benang
yang sudah diwarnai lalu dikeringkan. Setelah kering, benang lungsin dipasang
pada alat tenun, sedangkan benang pakan dipasang pada kelenting. Sumber:
Traditional Indonesia Textiles by John Gillow
Selain teknik
pewarnaan ikat celup pada benang tenun, ada pula teknik rintang warna dengan
menggunakan lilin/malam, yaitu teknik batik. Pada masa Kerajaan Majapahit,
teknik batik diaplikasikan di atas daun lontar. Setelah diperkenalkan material
kain dari serat katun, sebagai pengganti serat alam lainnya yang lebih kasar,
teknik batik mulai diaplikasikan di atas kain katun. Kain batik, semula hanya
dikerjakan untuk memenuhi kebutuhan kerajaan, namun teknik tersebut mulai
dikenal masyarakat di luar keraton dari para pengrajin batik. Lambat laun
kegiatan membatik menjadi mata pencaharian masyarakat sekitar kerajaan.
Proses teknik batik
adalah sebagai berikut.
a) Membuat sketsa motif batik pada kain polos.
b) Menyiapkan alat dan bahan seperti malam, canting, kompor
batik dan zat warna alam berikut fasilitas pendukung lainnya.
c) Memanaskan malam pada kompor batik sampai 60 °C.
d) Dengan menggunakan canting (untuk batik tulis) atau cap
aluminium (untuk batik cap), mengambil malam dan menutup pola motif pada kain sesuai
sketsa yang telah ditentukan.
e) Menentukan warna celup.
f ) Mencelup kain batik sesuai dengan warna yang telah
ditentukan. Sumber: Dokumentasi Kemdikbud
g) Melorod (melepaskan malam) dengan cara merebus kain pada
air mendidih, dibilas dan diangin-angin.
h) Untuk proses pewarnaan lebih daripada 1 warna, langkah
kerja mulai dari menggambar dangan cating atau cap hingga melorod diulang
sesuai dengan jumlah warna.
Perbedaan
utama teknik batik dan sasirangan dengan kain tenun ikat adalah pewarnaan kain
batik dilakukan setelah benang ditenun menjadi kain, sedangkan pada kain tenun
ikat pewarnaan dilakukan pada benang sebe-lum ditenun menjadi kain.
Terimakasih pak
ReplyDeletesaya ingin belajar tentang pencelupan benang
ReplyDeleteTerimakasih saya senang sekali, follow @hilmilk
ReplyDeletemakasih,
ReplyDeleteTerima kasih pak
ReplyDeleteTerima kasih pak
ReplyDelete